Beranda | Artikel
Memahami dan Mengamalkan Al-Quran
1 hari lalu

Memahami dan Mengamalkan Al-Qur’an adalah kajian Fiqih Do’a dan Dzikir yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan Rodja TV pada Selasa, 26 Muharram 1447 H / 22 Juli 2025 M.

Kajian Tentang Memahami dan Mengamalkan Al-Qur’an

Sebagian orang lebih semangat mempelajari tajwid, tetapi kurang semangat mempelajari tafsir. Ini adalah sebuah kesalahan. Mempelajari tajwid itu bagus, namun tidak boleh berlebihan. Cukup sampai bacaan kita benar: makharijul huruf, panjang-pendeknya, ikhfa’, iqlab, selesai.

Adapun jika sampai terlalu mendalam secara teknis hingga melampaui batas, Syaikh Shalih Al-Fauzan menyebutkan bahwa hal itu seperti “menyembelih” orang. Terlalu berlebihan. Yang terpenting adalah memahami makna-maknanya dan mengamalkannya.

Firman Allah Ta‘ala:

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَّن تَبُورَ ‎﴿٢٩﴾‏ لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضْلِهِ ۚ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ ‎﴿٣٠﴾

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah, mendirikan shalat, dan menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan pernah rugi. Agar Allah menyempurnakan pahala mereka dan menambah karunia-Nya kepada mereka. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Berterima kasih.” (QS. Fathir [35]: 29–30)

Allah Maha Mensyukuri, maksudnya, Allah memberi pahala besar atas amal yang sedikit. Bukan berarti Allah membutuhkan amal kita. Tidak. Kalau manusia menggaji seseorang karena ia membutuhkan bantuannya, maka berbeda dengan Allah. Allah tidak butuh amal hamba-Nya, namun tetap memberikan pahala besar kepada siapa pun yang beramal shalih.

Syaikh ‘Abdurrazzaq berkata bahwa membaca Al-Qur’an dan mentadaburinya adalah pintu hidayah yang paling agung. Karena Al-Qur’an adalah sumber hidayah.

Allah berfirman:

ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 2)

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan kitab-Nya yang mulia sebagai petunjuk, rahmat, cahaya, kabar gembira, dan peringatan bagi orang-orang yang mau ingat.

Orang yang mempelajari Al-Qur’an pasti akan mendapatkan hidayah. Siapa yang mengikutinya akan terbimbing. Siapa yang mengambil petunjuk dari Al-Qur’an dengan pemahaman yang benar, tidak akan tersesat.

Allah menjadikan Al-Qur’an penuh berkah. Barakah artinya banyak kebaikan. Al-Qur’an juga merupakan hidayah bagi seluruh alam semesta.

Allah menjadikan Al-Qur’an sebagai obat, baik untuk penyakit fisik maupun penyakit hati. Untuk penyakit hati sudah jelas. Sedangkan penyakit fisik, Al-Qur’an bisa dijadikan ruqyah, sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu ‘Anhu yang pernah meruqyah seseorang yang tersengat kalajengking dengan membacakan Surah Al-Fatihah, lalu orang itu sembuh dengan izin Allah.

Penyakit hati seperti syubhat dan syahwat pun bisa disembuhkan dengan Al-Qur’an. Ketika seseorang ragu tentang keberadaan pencipta, maka Al-Qur’an datang menghilangkan keraguan itu dengan bukti-bukti yang kuat tentang adanya Allah Subhanahu wa Ta‘ala.

Bagi yang terkena penyakit syahwat—tertipu dengan harta atau wanita—bacalah Al-Qur’an. Bacalah tentang surga dan neraka, agar muncul rasa takut yang dapat menahan syahwat tersebut.

Allah menjadikan Al-Qur’an sebagai rahmat bagi semesta alam. Rahmat adalah kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya. Dan bentuk rahmat yang paling agung adalah hidayah. Tidak ada jalan yang lebih lurus daripada jalan yang ditunjukkan oleh Al-Qur’an.

Allah menyebutkan dalam Al-Qur’an berbagai tanda kebesaran-Nya yang membuat akal manusia terheran-heran. Begitu pula ancaman-ancaman yang mengingatkan tentang azab neraka.

…لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ أَوْ يُحْدِثُ لَهُمْ ذِكْرًا ‎﴿١١٣﴾‏

“…agar mereka bertakwa atau (agar) Al-Qur’an itu menimbulkan bagi mereka peringatan.” (QS. Thaha [20]: 113)

Bahkan orang kafir pun, ketika mendengarkan Al-Qur’an, bisa merasakan sentuhan di hati mereka. Di antara mereka bahkan ada yang menangis karena mendengar lantunan ayat-ayat-Nya, sebab fitrah manusia tetap mengenali kebenaran.

Namun, hanya orang-orang yang hatinya keras yang tidak terpengaruh oleh Al-Qur’an. Na‘udzubillahi min dzalik—kita berlindung kepada Allah dari hati yang keras seperti itu.

Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian Tentang Membaca Al-Qur’an Dzikir Yang Paling Utama


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55357-memahami-dan-mengamalkan-al-quran/